Sabtu, 24 Agustus 2013

Jilbab sebagai Identitas seorang Muslimah

Dalam Al-Qur'an telah diterangkan dengan jelas tentang perintah berjilbab bagi kaum hawa. salah satunya yaitu yang dijelaskan dalam QS Al-Ahzab:59, yang berbunyi:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Ahzab: 59)


Ayat diatas menjelaskan bahwa perintah berjilbab adalah berlaku bagi semua muslimah tanpa terkecuali. Baik anak-anak, dewasa, maupun yang telah lanjut usia. Selain itu sama saja, baik itu Ibu rumah tangga, pedagang, petani, wiraswasta, dll hukumnya tetap sama.
Dalam ayat tersebut juga dijelaskan bahwa berjilbab itu supaya mudah dikenali. Yaitu sebagai sebuah identitas yang membedakan antara wanita muslim dan kafir(non islam). Hal ini bisa lebih kita rasakan pada lingkungan yang heterogen, biasanya di lingkungan perkotaan atau lingkungan yang sejatinya bukan domisili kita(luar kota/luar negeri).
Seperti yang saya rasakan saat ini di surabaya. Dari dulu saya sudah biasa hidup di lingkungan yang mayoritas penduduknya islam.  Alhamdulillah, kuliah pun berada di universitas islam di solo. Saat ini saya sedang menjalankan praktek 2 bulan di Surabaya. Dimana teman-teman pastinya sudah mengetahui kalau Surabaya merupakan sebuah kota besar. Banyak orang berhijrah dari berbagai kalangan, yang kita tidak tau asal-usul latar belakangnya. Apalagi sekarang banyak investor-investor asing mendirikan usaha disini yang di dominasi orang-orang cina.
Ketika saya hendak membeli makanan di warung, saya merasa ragu kalau si penjualnya tidak mengenakan jilbab. Karena tidak tahu kan orang itu muslimah atau bukan, terus makanan yang di jual halal atau tidak. Hal ini bisa kita ambil pelajaran, tidak berjilbab juga dapat menghalangi rizky kita. Selain itu, ketika tidak berjilbab juga membuat orang ragu untuk mengucapkan salam, sedangkan salam merupakan sebuah do'a bagi kita. Hal ini juga akan mengurangi keberkahan dalam hidup kita. Tidak menutup aurat juga bisa mengundang nafsu lawan jenis juga menimbulkan fitnah dimana-mana.
Dampak tersebut masih merupakan efek negatif di dunia.. Belum nanti di akhiratnya, akan di ancam tidak diperbolehkan mencium bau surga!(na'udzubillah..). Seperti dalam sebuah hadits berikut:


Imam Muslim menuturkan sebuah riwayat, bahwasanya Rasulullah saw bersabda;
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua golongan manusia yang menjadi penghuni neraka, yang sebelumnya aku tidak pernah melihatnya; yakni, sekelompok orang yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk menyakiti umat manusia; dan wanita yang membuka auratnya dan berpakaian tipis merangsang berlenggak-lenggok dan berlagak, kepalanya digelung seperti punuk onta. Mereka tidak akan dapat masuk surga dan mencium baunya. Padahal, bau surga dapat tercium dari jarak sekian-sekian.”[HR. Imam Muslim].
Boro-boro masuk surga, nyium baunya saja sudah nggak boleh.. :(
Itulah teman-teman, marilah kita renungkan kembali tentang perintah berjilbab ini. Ancaman tersebut bukanlah main-main, tapi merupakan sebuah peringatan kepada muslimah supaya bisa lebih diperhatikan.
Semoga bagi yang belum berjilbab, segera mendapat hidayah dari Allah SWT dan bagi teman-teman yang sudah berjilbab semoga tetap istiqomah serta menjadi lebih baik dengan jilbab syar'i.
semoga bermanfaat,
Wallahu'alam bissawab.